Learning to make the future brighter

Demokrasi Indonesia? Sudah kah?

ADSENSE HERE!
Demokrasi, ya kata itu mulai bergaung semenjak reformasi bergulir tahun 1998, hampir 11 tahun yang lalu. Era kebebasan pun tiba, dengan disambut sorak sorai masyarakat yang tidak lagi terbelenggu oleh keterkungkungan yang terjadi pada era orde baru. Pers mulai bebas mengemukakan pikirannya, masyarakat mulai bisa mengkritik kebijakan pemerintah. Sehingga hal ini merupakan suatu yang membahagiakan saat itu. Kita bebas mengemukakan apa saja yang kita rasakan, tidak lagi merasa ketakutan akan ancaman-ancaman.

Namun sekarang apa yang terjadi? Melihat peristiwa-peristiwa saat ini, demokrasi yang kebablasan tanpa terkontrol lagi, unjuk rasa dimana-mana bahkan banyak yang mengarah ke arah tindakan anarkis, merusak fasilitas umum. Inikah demokrasi yang dicita-citakan? Ini impian yang ingin dicapai pada tahun 1998? Saya berpendapat ini bukanlah demokrasi, tapi pemaksaan kehendak tanpa memandang unsur-unsur tata etika dan aturan hukum. Bagaimana tidak, fasilitas umum yang digunakan untuk masyarakat malah dirusak seenaknya, setelah terjadi siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan itu? Akhirnya pemerintah juga yang menanggung semuanya.

Selasa kemarin sebuah kejadian yang cukup ironi menurut saya, sebuah unjuk rasa yang akhirnya memakan korban ketua DPRD Sumatera Utara, inikah yang disebut demokrasi? Saya justru iri dengan amerika walau saya juga tidak menyetujui kebijakannya yang cenderung bisa dibilang mendukung langkah Israel membombardir Palestina. Di Amerika demokrasi benar-benar berjalan dengan semestinya, orang bebas mengelurkan pendapatnya namun ada batasan-batasan yang harus dipatuhi. Dan ketika keinginan mereka belum bisa tercapai atau misalnya ketika ada yang menang dan kalah, mereka akan menerima dengan lapang dada kekalahan itu. Berbeda dengan di Indonesia, saya paham kita baru belajar apa yang disebut dengan demokrasi, namun saya pikir sudah cukuplah contoh-contoh dari negara lain untuk kita tiru sebagai pembelajaran demokrasi di Indonesia.

Memang dalam belajar itu perlu proses, tapi tidak perlulah sampai bertindak anarkis. Kita ini bangsa timur yang dikenal dengan sopan santunnya. Kita tentu ingin menjadi negara yang beradab, negara yang santun negara yang disegani oleh negara lain, kita tentu ingin itu semua. Mari kita bersama menjunjung tinggi demokrasi dan hindari tindakan anarki.
ADSENSE HERE!

8 comments:

  1. salah satu bukti kebablasan demokrasi alias kebebasan adalah tewas nya ketua DPRD sumut.kacau2....

    ReplyDelete
  2. @ Nasrudin Ansori
    Ya benar, mau dibawa kemana demokrasi kita kalau selalu mengandalkan otot. Perlu kita renungkan bersama hal ini

    ReplyDelete
  3. belum ada demokrasi di negeri ini mas?

    jangan terlalu jauh dengan peristiwa di sumut. lihat pemilihan kepala daerah jatim?

    sepertinya kekalahan adalah tabu didalam demokrasi. demokrasi bagi negeri ini adalah mutlak sebuah kemenangan.

    ReplyDelete
  4. @ Mas Icang
    Ya mas, saya setuju dengan sampeyan, demokrasi yang kita idamkan belum berjalan dengan baik

    ReplyDelete
  5. Fik, tentu aja aku maih ingat sama kamu. Hahaha, satu-satunya temne yang cinta mati ama pramuka. Haaha..

    Kalau bicara tentang demokrasi, di Indonesia sendiri hal ini bukan sesuatu yang baru. Demokrasi sudah terbentuk di Idonesia sejak 1908. Tepatnya pada saat awal pembentukan Boedi Oetomo.
    Namun, sayangnya saat ini banyak kalangan yang terjebak dalam diksi demokrasi dan prosesnya. Terjebak dalam diksi maksudnya adalah sebagian masyarakat selalu mengucapkan kata demokrasi tanpa tahu filosofi dari demokrasi itu sendiri. Arti diksi demokrasi bisa kamu temukan dalam buku DEMOKRASI atau dalam bukunya Prof. Miriam S. Budiarto. Kalau saya tuliskan di sini, rasanya kurang etis ya, soalnya kan bukan kapasitas saya menulis panjang lebar. Hehe
    Terjebak dalam proses maksudnya kita hanya melihat "demokrasi" pada satu sudut pandang saja. Sudut pandang itu adalah demokrasi hanya digambarkan dengan vote pada pemilu, demonstrasi, dan janji-janji calon legislatif maupun prresiden. Kalau menyalahkan demokrasi itu sendiri, rasanya kurang tepat.

    Jadi, kesimpulanya adalah demokrasi secara horisontal dapat dikatakan sebagai musyawarah. Kaji ulang aja bagaimana Soekarno dan tokoh lainya dalam sidang BPUPKI dan PPKI, di sana terlihat jelas bagaimana demokrasi berjalan dengan baik. Yang kalah mendukung yang menang.

    Namun, secara vertikal, demokrasi dikatakan sebagai fungsionalis dari individu.

    ReplyDelete
  6. @ Semut Item (Desta)
    Ya saya bisa menangkap apa yang kamu maksud, intinya demokrasi kita belum berjalan dengan semestinya. Saya teringat ketika melihat perbincangan di TV tadi pagi, di sana dikatakan bahwa kalangan politikus malah terkendalikan oleh ideologinya sendiri, dan demokrasi kita tidak mengenal apa yang dinamakan kekalahan. Demokrasi ya harus menang. Bukan begitu?

    ReplyDelete
  7. Gue sendiri bingung dengan apa yang namanya demokrasi ... apa bedanya dengan demonstrasi ...
    Karena semenjak kita gembar-gemborkan demokrasi ... yang sering terjadi adalah demokrasi ....

    ReplyDelete
  8. @ Homepages Friends
    Ya memang image demokrasi lebih diidentikkan dengan demonstrasi, hampir tiap hari demonstrasi dapat ditemui diseluruh Indonesia, entah itu mengenai BBM atau kebijakan pemerintah, bahakan demonstrasi ada yang mengarah ke tindakan anarkis yang tentu merugikan berbagai pihak

    ReplyDelete

Kepada Pengunjung jangan lupa komentarnya

-Untuk Pengguna Blogger gunakan google accountnya
-Untuk Pengguna Wordpress gunakan pilihan wordpress
-Untuk Pengguna lainnya (domain berbayar atau yg punya facebook) silahkan pilih Name/URL, kemudian masukkan nama dan alamat web atau facebook (profil).

Komentar anda sangat berguna bagi saya, terima kasih.

Copyright © Catatan Taufik. All rights reserved. Template by CB